Selasa, 25 Maret 2014

Fly Away

Hari – hariku berjalan seperti biasa. Angin yang biasa, matahari yang biasa, rumput yang biasa, serta bunga yang biasa. Namun, ada satu hal yang tidak biasa bagi diriku. Dirinya. Ya, dirinyalah yang menurutku paling special hari ini. Dia terlihat sangat cantik dimataku. Saat  aku mengenalnya, duniaku serasa lebih berwarna dibanding hari – hari kemarin.
Hari ini, kami bertemu tanpa sengaja diantara rerumputan dan bunga - bunga yang sedang bermekaran. Dia terlihat sangat cantik ketika sedang menghirup bunga berwarna violet tersebut. Hei, sudah berapa kali aku menyebutnya cantik? Menari dengan indahnya bersama angin yang membelai wajahnya. Berpindah dari satu bunga ke bunga lainnya.
Kuberanikan diri untuk mendekatinya. Tidak sadar, dari mulutku sudah mengeluarkan suara memanggil namanya. Suaraku tidak besar, namun cukup mengambil alih perhatiannya dari bunga – bunga tersebut. Ia terkejut, tersipu ketika mengetahui ada orang lain selain dirinya. Wajahnya mulai merona. Menambah kesan manis pada ekspresi wajahnya.
Kami mengobrol, bercanda bersama, suasana menjadi cair karena sifatnya yang supel dan terbuka. Awalnya aku canggung mengobrol dengannya karena sudah ketahuan mengintipnya tadi, namun ia menganggap hal memalukan yang aku lakukan tadi tidak pernah terjadi. Berlari kesana – kemari, terlihat seperti anak kecil menikmati hidup. Bahagia, itulah yang aku rasakan sekarang.
Tanpa terasa kami sudah bermain kejar – kejaran cukup jauh dan tanpa terasa pula kami sudah berada di jalanan beraspal, bukan di taman bunga tempat kami bertemu tadi. Seketika, hari – hariku berubah menjadi monoton. Apa yang kulihat kini akan mengubah pandanganku pada dunia. Mungkin untuk selamanya. Hari yang indah ini berakhir dengan sangat cepat. Takdir seakan tidak mengizinkanku untuk hidup bahagia bersama dirinya.
Dirinya terkapar tak berdaya diatas panasnya aspal jalanan setelah sebuah roda menghantam dirinya dengan sangat cepat. Kejadian tersebut terjadi begitu saja, padahal semenit yang lalu kami masih bermain kejar – kejaran. Dunia seakan berhenti berputar sekarang. Aku hanya terpaku melihat sayap kuning indah miliknya terbang bersama angin, membawa dirinya ke tempat yang tidak pernah kutahu. Ia pergi, tanpa mengucap kata perpisahan apapun. Tahukah kau, bahwa kita baru berkenalan dan bercanda ria selama enam puluh menit dan kau malah pergi meninggalkanku begitu saja? Setidaknya, izinkanlah aku mengenalmu lebih lama lagi. Aku mohon, kembalilah. Walaupun ku tahu kau sudah ada di tempat yang sangat jauh dariku. Apakah aku egois memintamu kembali ke sampingku padahal ku tahu kau sudah bahagia di sisi-Nya?
***
Gadis itu hanya tercengang ketika melihat seekor kupu – kupu bersayap kuning terkapar tidak berdaya setelah sebuah sepeda motor menabrak kupu – lupu malang tersebut. Gadis itu tercengang, padahal baru sedetik yang lalu kupu – kupu kuning malang tersebut sedang terbang bersama dengan temannya. Arah matanya hanya melihat kemana arah insekta malang tersebut tersapu angin hingga menghilang dari jarak pandangnya. Gadis itu yakin, teman dari kupu – kupu yang mati terserempet sepeda motor tersebut adalah calon pasangannya, karena gadis itu mengetahui bahwa bulan ini sedang musim kawin bagi para kupu – kupu.

‘Sungguh, kisah cinta yang tragis,’ pikir gadis itu. Gadis itu juga memaknai bahwa kematian bisa datang kapan saja bahkan di saat yang sangat bahagia sekalipun. Melalui hal kecil pun, gadis tersebut mengambil makna dari kehidupan bahwa kematian dapat datang kapan saja, di saat dan waktu yang sangat tidak terduga. 

Rabu, 12 Maret 2014

Peran Sosial yang Ditimbulkan dari Keadaan Sakit

Menurut Foster, entah dalam buku apa dan tahun berapa (soalnya ini nyalin dari ppt dosen), sakit mempunyai dan menimbulkan peranan sosial tersendiri, baik bagi si penderita sakit maupun bagi keluarga yang merawatnya. Beberapa peranan tersebut adalah:
  • Sakit memberi kebebasan dari tekanan hidup yang tidak dapat lagi ditahan. Ketika seseorang sakit, maka mau tidak mau dia harus beristirahat untuk memulihkan tubuhnya. Bayangkan saja ketika sakit, namun masih mengerjakan tugas. Otak pun tidak dapat berpikir dengan jernih.
  • Sebagai salah satu cara menutupi kegagalan. Ketika seseorang melaksanakan tugas ketika tubuhnya sedang dalam keadaan tidak maksimal sehingga hasilnya tidak maksimal pula, maka orang tersebut akan menyalahkan sakitnya tersebut. Contoh: “Gara-gara sakit saat mengerjakan tugas ini, saya hanya mendapat nilai B”.
  • Salah satu cara mendapat perhatian dari orang lain. Ketika seseorang sakit, maka orang tersebut pasti mendapat perhatian khusus dari orang sekitarnya. Misal: “Kamu sakit? Ya sudah, istirahat dulu. Tidak usah memaksakan diri”.
  • Rumah sakit sebagai tempat hiburan dan istirahat.  Ketika seseorang diopname, Secara tidak langsung, orang tersebut akan istirahat dari tugasnya. Keluarga yang menjenguk pun akan menjadikan rumah sakit sebagai hiburan dengan mengajak ngobrol keluarga dari pasien lain.
  • Sebagai alat pengawas sosial. 
  • Sakit sebagai akibat dari dosa yang telah dilakukan (Dalam Islam, sakit adalah penggugur dosa). Sehingga orang tersebut dapat merenungi kesalahannya yang lalu.
Talcot Parson mengatakan bahwa orang sakit juga memiliki peranan hak dan kewajiban dalam keadaan sakitnya tersebut.
Dari hak yang harus diterimanya:
  • Dibebaskan dari tanggung jawab sosial
  • Memperoleh perawatan sampai ia sembuh
Serta kewajiban yang harus dijalankannya:
  • Kewajiban untuk sembuh
  • Mencari pertolongan dan bekerja sama dengan dokter atau petugas kesehatan untuk mengatasi dan mengobati sakitnya tersebut
Sumber: Catatan yang berasal dari PPt Mbak Wiwis ^^v

Kamis, 05 Desember 2013

Review Serial Drama - Change!

Judul                           : Change!
Genre                          : Drama, Politik
Jumlah Episode           : 10
Rating                         : 21.7 (Kanto)
Cast                            : Kimura Takuya, Fukatsu Eri, Abe Hiroshi, etc


Setiap individu adalah pemimpin. Baik untuk orang lain maupun dirinya sendiri sebagai individu. Membawa pengaruh kepada apa yang dipimpinnya, membawa angin perubahan bagi lingkungannya. Ia seperti kompas, menunjukkan suatu arah yang diyakini benar. Semua orang adalah pemimpin, namun tidak semua orang berjiwa pemimpin. Memiliki kepekaan yang lebih terhadap lingkungannya, berpikir kritis, mau belajar, menanungi rakyatnya dengan adil dan tanpa pandang bulu dan pantang menyerah adalah sedikit dari sifat seorang pemimpin.
            Itulah yang dilakukan oleh seorang Asakura Keita. Seorang guru SD kelas lima yang kehidupannya berubah drastic menjadi seorang politisi, Suatu kejadian yang tidak terduga membawanya pada dunia politik yang penuh dengan intrik dan permainan. Dalam serial Change ini, Kimura Takuya yang berperan sebagai Asakura Keita, memiliki kehidupan yang penuh kejutan. Setelah kematian ayahnya dalam kecelakaan pesawat di Vietnam, ia diminta menggantikan ayahnya dalam pemilihan anggota parlemen Distrik Fukuoka. Ia menolak, namun karena yang menjadi taruhan adalah ibunya, maka ia bersedia menggantikan ayahnya dalam pemilihan tersebut, dengan konsekuensi jika ia kalah, maka tidak ada lagi yang boleh memaksanya masuk ke dunia politik.

Minggu, 29 September 2013

Kapitalisme dalam Pemberantasan Kemiskinan

Kapitalisme adalah sistem ekonomi dimana sejumlah besar pekerja, yang hanya memiliki sedikit hak milik memproduksi komoditas-komoditas demi keuntungan sejumlah kecil kapitalis yang memiliki komoditas-komoditas, alat produksi, bahkan waktu kerja para pekerja karena mereka membeli para pekerja tersebut melalui gaji. Namun salah satu pengertian sentral yang ditekankan oleh Marx adalah bahwa kapitalisme lebih dari sekedar sistem ekonomi. Paling penting lagi, kapitalisme adalah sistem kekuasaan. Rahasia kapitalisme adalah bahwa kekuatan politis telah diubah menjadi relasi-relasi ekonomi (Wood, 1995).
Dari pengertian tersebut, kapitalisme adalah sistem ekonomi yang sangat mengagungkan para pemilik modal. Setiap orang yang memiliki alat produksinya sendiri akan memperkaya dirinnya dan semakin menindas para kaum buruh yang bekerja untuk mereka. Para kapitalis bisa memaksa para pekerja dengan kewenangan mereka untuk memecat dan menutup pabrik-pabrik. Karena hal inilah para kapitalis bebas untuk menggunakan paksaan yang kasar. Dalam hal ini kapitalis juga memegang fungsinya sebagai sistem politis, suatu cara menjalankan kekuasaan, dan suatu  proses eksploitasi atas para pekerja (Ritzer dan Goodman, 2012: 58).

Pengertian Masalah Sosial

Masalah sosial menurut Gillin dan Gillin adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan yang membahayakan kelompok sosial atau mengahambat menghambat terpenuhinya keinginan pokok warga kelompok sosial tersebut. Sehingga rusaknya suatu ikatan sosial. Ketidaksesuaian ini muncul karena tidak adanya integrasi yang harmonis dalam suatu unsur kehidupan masyarakat tersebut. Masalah sosial merupakan persoalan yang yang menyangkut tata kelakuan yang immoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak.
Menurut Soerjono Soekamto, masalah sosial ini timbul karena adanya kekurangan dalam diri manusia atau kelompok manusia yang bersumber pada faktor ekonomis, biologis, biopsikologis, dan kebudayaaan.
Menurut Horton dan Leslie, Masalah Sosial yaitu situasi sosial yang tidak diinginkan oleh sejumlah orang karena dikhawatirkan akan mengganggu sistem sosial dan perilaku orang-orang yang terlibat di dalamnya adalah perilaku yang menyimpang dari nilai atau norma-norma (Horton dan Leslie, 1984).
Sedangkan menurut Blumer (1971) dan Thompson (1988), yang dimaksud dengan masalah sosial adalah suatu kondisi yang dirumuskan atau dinyatakan oleh suatu entitas yang berpengaruh yang mengancam nilai-nilai suatu masyarakat sehingga berdampak kepada sebagian besar anggota masyarakat dan kondisi itu diharapkan dapat diatasi melalui kegiatan bersama.

Kamis, 29 Agustus 2013

Hanabi #1

sedikit curhat mengenai fanfiction. sebenernya ini buka fanfiction pertama yang gue buat. tapi ini fanfiction gue yang (insyaAllah, akan) selesai dan doujin yang pertama kali di posting. gue agak ragu utk ngepos ff atau doujin ini. soalnya kepanjangan. tapi, setelah ngeliat banyak yang nge-post doujin diatas 8.000 kata, gue betah-betah aja bacanya (dan karena doujin mereka keren. ah, semoga gue bisa bikin cerita sekeren mereka). 
fanfict ini bakal di posting secara bersambung. dikhawatirkan kesulitan untuk scrolling. seperti yang biasa dilakukan para ff maker (gue lupa bahasa Jepangnya apa), karakter di cerita ini adalah sepenuhnnya milik Masashi Kishimoto-sensei. cerita disusun oleh saya sebagai author. terinspirasi dari banyak cerita. untuk pertamakalinya dalam posting blog, gue mohon komentar, kritik, dan sarannya. Terimakasih :D

*Prolog*
“Wah, lihat. Pertunjukan kembang apinya  sudah mulai. Lihatlah, kembang apinya sangat indah. Aku sangat menyukainya”, ucap gadis itu polos.

Saat itu usia kami masih lima tahun. Saat itu pula pertemuan pertama kami, hari yang tidak akan pernah aku lupakan karena hari itulah hari semua kisah ini dimulai. aku menemukannya sedang menangis di keramaian festival kembang api yang diadakan saat musim panas tiba. Tidak ada yang menyadari bahwa ada seorang anak kecil sedang menangis karena ukuran badannya yang kecil, atau karena tidak terdengar suara tangisan darinya. Aku yang akan memakan gulali yang baru saja kubeli tertahan karena anak tersebut menarik perhatianku. Langsung saja kutarik tangannya untuk menepi. Dia hanya menurut saat kutarik tangannya.
“Hei, kenapa kau menangis?”, tanyaku penasaran dan aku masih ingat seberapa polosnya diriku saat itu.
“Aku tersesat. Aku terpisah dari too-san dan kaa-san ku. Hiks…”, jawabnya sambil terisak. Air mata yang berceceran serta ingus yang meluber dari hidungnya membuat ekspresi gadis itu semakin menggemaskan. Saat itu aku berkhayal ‘andai aku mempunyai adik seperti dia, mungkin setiap hari pipinya akan memerah karena korban cubitanku’.
“Ini untukmu. Jangan menangis lagi ya. Kita akan bersama-sama mencari kaa-san dan too-san mu”, ajakku sambil memberikan gulali yang belum sempat kumakan. Padahal saat itu, aku juga sedang terpisah dari orang tuaku. Awalnya dia ragu-ragu untuk mengambilnya. Akupun meyakinkannya dengan cengiran khas ku.
“Terimakasih”, jawabnya tersedu-sedu sambil menyeka air matanya dan berusaha untuk tidak menangis.
Kami pun bersama-sama mencari orang gadis itu. Tanpa terasa, pertunjukkan kembang api sudah dimulai. Karena belum menemukan orang tua nya, aku mengajaknya untuk beristirahat di pinggir danau sambil menikmati pertunjukkan kembang api tersebut.
“Dari tadi kita belum kenalan ya. Kenalkan, namaku Uzumaki Naruto. Panggil saja Naruto”, aku mulai memperkenalkan diri.
“Aku, Hyuuga Hinata. Kau bisa memanggilku Hinata”, jawabnya dengan suara yang pelan. “Wah, kembang apinya bagus ya”, lanjutnya saat melihat kembang api bermekaran di langit. Ekspresi sedihnya tadi seketika berubah menjadi senang bahkan untuk sesaat, dia melupakan kalau dirinya sedang tersesat ketika melihat kembang api itu.
Sejak saat itu, Hinata menjadi maniak kembang api. Bahkan ia memaksa orang tuanya untuk memberikan nama ‘Hanabi’ pada adiknnya yang baru lahir. Pertemuan pertama itu juga yang membuat kami selalu satu sekolah hingga jenjang SMA. Dan pertemuan itulah yang tanpa sengaja membuat kami menjadi sahabat hingga saat ini.

“Aku menyukai kembang api. Walaupun sesaat, namun kembang api tersebut mampu menerangi pekatnya malam dengan warna-warni yang menghiasi langit. Membuat hati setiap orang yang melihatnya merasa damai”, ucap Hinata kepadaku saat masih duduk di bangku SMP.

Setiap tahun, kami tidak pernah melewatkan festival kembang api ini. Kami selalu berdua saat SD. Hingga ada gossip yang mengatakan bahwa kami pacaran. Padahal saat itu saja aku tidak tahu apa yang dinamakan pacaran tersebut. Bahkan hingga bangku SMP saat itu, kami selalu belajar bersama. Hinata selalu menjadi bintang sekolah baik saat SD maupun SMP. Aku bisa masuk ke SMP ternama di kota tersebut karena aku selalu belajar bersama dengannya. Hinata mempunyai satu kelemahan yaitu ia cepat menyerah atas apa yang ia coba.  Dan salah satu tugasku adalah untuk membangkitkan semangatnya tersebut karena jika tidak, ia tidak akan menyelesaikan tugas-tugasnya tersebut dan bisa-bisa tidak ada yang mengajari aku untuk menyelesaikan tugasku sendiri.
Semaki hari, perasaaku pada Hinata semakin berkembang. Aku menganggap Hinata bukan hanya sekedar sahabat. Sikapnya yang pemalu serta kekanak-kanakan, perhatiannya yang selalu tercurahkan pada semua orang, kepandaiannya, membuat Hinata semakin terlihat begitu sempurna di hadapanku. Ingin rasa hati mengungkapkan perasaan ini padanya yang selama ini terpendam. Namun, aku takut. Aku takut hal ini dapat merusak hubungan persahabatanku dengannya. Lagi pula, aku merasa tidak pantas untuk disandingkan dengan marga Hyuuga yang satu ini. Bagiku, dia terlalu sempurna. Baik dalam segi akademis maupun non akademis serta atitut yang dia tunjukkan pada semua orang. Berbeda denganku yang bahkan tidak pernah masuk 20 besar di kelas. Lebih baik aku menyimpan perasaan ini saja.

“Aku menyukai kembang api. Keindahan warnanya ditengah pekatnya malam mewarnai setiap hati yang sunyi. Membangkitkan kenangan masa lalumu. Keinginanku sekarang adalah ada seseorang yang menyatakan perasaan cintanya padaku dengan kilauan hanabi sebagai saksinya”, ucap gadis berambut indigo itu. Saat ia mengatakannya,  kami sudah duduk di bangku kelas satu SMA.

Dengan selesainya kalimat yang diucapkan Hinata, berakhir pulalah pertunjukkan kembang api itu. Aku terlambat mendapatkan momen yang hanya ada satu tahun sekali itu. Dari pada menyesali diri sendiri karena membatalkan niat untuk menembaknya, akupun memancing pembicaraan.
“Seorang bintang sekolah Konoha tidak pernah pacaran? Kurasa bukan tidak ada anak lelaki yang menyukaimu, kalu itu jangan ditanya. Mungkin seisi Konoha High School sedang mengantri menembakmu. Namun karena sifatmu yang introvert serta hanya bergaul dengan buku atau aku saja”, ucapku santai. Ia hanya menanggapinya dengan dengusan pelan. Aku tahu, Hinata memang kesulitan dalam menjalin pergaulan dengan teman-teman di sekolah. Ia hannya merasa nyaman hanya dengan orang terdekatnya saja. Hei, sebentar. Apakah ini sebuah kode?
“Aku lihat seorang anak laki-laki dari kelas dua memberimu sebuah bungkusan. Apa dia menembakmu, Hinata?”, tanyaku tanpa berpikir apa akibatnya terlebih dahulu.
“Iya”, jawabnya datar “dan aku menolaknya. Jika dilihat sekilas, ia setipe denganmu”, lanjutnya. Syukurlah, aku senang ia tidak menerimanya. Tapi, hei, apa Hinata menolaknya karena anak itu setipe denganku? Seketika ekspektasi tentang perasaannya kepadaku hacur.
“Lalu bagaiman dengan tipe cowok idealmu? Sepertinya kau tidak pernah cerita pernah menyukai seseorang”, aku ingin tahu lebih dalam tentang itu. Sebersit pikiranku mengatakan bahwa jangan-jangan dia adalah ‘yuri’.
“Jangan berpikir kalau aku tidak normal ya, Naruto!”, ia menjawab seperti mengetahui tentang apa yang aku pikirkan barusan. “hufft, tipe cowok, tidak ada yang spesifik. Aku juga bingung jika ada yang bertanya tentang itu”, jawabnya polos. Bahkan ke sahabatnya sendiripun, ia masih tertutup jika ditanya tentang masalah hati. 
to be continued...